Antalya, Sebuah Kota Di Sisi Laut Mediterania


Aku rindu perpustakaan. Serius. Ini bukan pernyataan yang dibuat-buat. Entah apa yang membuatku rindu akan gedung tua itu. Apakah suasananya yang nyaman, atau adrenalin yang menyertai ketika menyelesaikan assignmment sudah semakin dekat, atau aku hanya sekedar merindukan keberadaan teman-teman di kampus. Liburan musim dingin sudah dimulai sejak lima hari yang lalu. Teman-teman kampus tampaknya tak ada yang merindukan kampus seperti aku. Maria yang mengaku bokek setelah liburan natal di kota kelahirannya di Spanyol, saat ini tengah berjalan-jalan ke Iran. Intissar juga telah kembali ke Spanyol untuk bertemu ayahnya. Sera kembali ke Ankara. Hille berada entah di bagian negara mana untuk tugas jurnalisnya. Umarah kembali ke Cape Town. Sedangkan Nasir punya proyek pribadi yang ingin diselesaikannya. Sementara aku, masih di Istanbul. Aku sebenarnya tak berminat keluar dari Istanbul, mengingat masih banyak objek wisata yang belum kukunjungi di Istanbul. Setiap hari, aku mengunjungi satu tempat ke te tempat lain, mencoba satu kafe ke kafe yang lain. Namun, hari ini aku rindu akan kampus. Jadi, kuambil laptop dan berangkat menuju kampus Bilgi. Shuttle bus tetap beroperasi selama liburan, dengan jadwal yang tidak terlalu sering. Berjalan-jalan ke kampus, aku tidak akan mengeluarkan biaya sama sekali. Setiba di kampus, tentu saja aku bingung harus melakukan apa. Aku pun tak mau menyiksa otak untuk membaca jurnal ilmiah. Akhirnya terpikir untuk menulis pengalamanku kala berada di Antalya setahun yang lalu.

Antalya, sebuah kota di sisi laut Mediterania. Dengan pantai-pantai dan kehangatan laut Mediterania, kota ini selalu menjadi salah satu pilihan utama turis di saat musim panas. Namun, salahkah jika mengunjunginya di saat musim dingin? Menurutku tidak. Meskipun tak bisa menikmati wisata pantai, di musim dingin aku bisa berjalan-jalan dengan tenang menyususri kota tua tanpa harus berdesak-desakan seperti saat musim panas.

Aku tiba di Antalya pada pukul 8 malam. Sangat capek, setelah menempuh total perjalanan selama 8 jam terbang dari Uganda, ditambah waktu transit selama lima jam. Hal pertama yang ingin kulakukan ketika sampai adalah tidur. Aku sudah menghubungi pihak hotel sebelum berangkat, untuk memesankan mobil untuk menjemputku. Saat aku tiba, tak ada tanda-tanda dari hotel untuk menjemputku. Aku juga tak bisa menelepon hotel, karena belum membeli simcard baru. Akhirnya, kuputuskan untuk duduk dan menenangkan diri terlebih dahulu. Ketika aku tengah menimbang-nimbang untuk meminjam telepon seseorang yang duduk di sebelahku, aku melihat seorang pria tua berjalan tergopoh-gopoh dengan karton besar bertuliskan namaku. Langsung kudatangi Bapak Tua itu.

Oh. I’m really sorry. I was late. I kept you waiting” katanya terengah-engah.

Don’t worry about it. I did not wait so long,” jawabku. Kami meninggalkan bandara, meluncur menuju hotel.

Saat aku tiba, seorang resepsionis muda berada di sana. Hotel yang kupilih berupa hotel butik, berada di tengah-tengah Kaleici, atau kota tua. Tampaknya hotel ini adalah usaha keluarga. Karena si resepsionis muda yang bernama Yunus itu adalah anak dari pemilik hotel. Setelah urusan check in selesai, Yunus membawaku ke kamar.

This room has the best view,” kata Yunus. Ah, aku beruntung, pikirku. Yunus juga mengatakan kalau aku bebas untuk mengambil jeruk yang berada di lemari es tepat di depan meja resepsionis sebanyak yang aku mau. “We just had the good harvest from our garden,” katanya lagi. Aku mengucapkan terima kasih untuk hospitality yang diberikan. Setelah melakukan check in, aku membersihkan diri dan langsung tertidur.

Benar kata Yunus. Kamar ini memiliki view yang luar biasa. Begitu bangun dan membuka jendela, aku langsung dimanjakan dengan hamparan kota tua dengan latar belakang langit yang berwarna kemerah-merahan. Kamar ini memiliki dua jendela. Ketika kubuka jendela di sisi lain, aku menyaksikan pegunungan di kejauhan dengan salju-salju menutupi puncaknya. Oh, melihat pemandangan indah di pagi hari begini membuat mood terasa baik. Aku tak sabar untuk segera melihat sisi lain Antalya.

View from my room, in Antalya, Turkey
Antalya in the morning
View from my room, in Antalya, Turkey

Usai menikmati sarapan ala Turki yang disiapkan oleh ibu Yunus, aku meninggalkan hotel sambil membawa peta kecil yang disediakan di ruangan resepsionis. Tak lupa mengambil sebutir jeruk yang bisa kumakan, jika aku lapar di tengah perjalanan nanti.

You may take as many as you want, Nurul” kata Yunus. Namun, aku tidak mau serakah. Kuperkirakan, satu jeruk pun cukup untuk menemani perjalanan siang ini. Karena, setelah makan siang, aku akan kembali ke hotel untuk beristirahat sebentar. Mungkin sore nanti, akan kuambil sebutir jeruk lagi.

Lokasi hotel yang kutinggali juga benar-benar strategis. Hanya beberapa meter dari hotel, aku sudah mendapatkan Clock Tower, salah satu landmark kota Antalya. Tower ini dibangun pada abad ke 19, yang terbuat dari potongan-potongan batu. Tak jauh dari sana, terdapat tempat kereta kuda berkumpul, kalau aku ingin mengelilingi Antalya dengan berkereta kuda. Masih dalam hitungan meter, terdapat stasiun tram yang bisa membawa ke sisi lain kota Antalya. Namun, hari ini aku tak mau berjalan-jalan dengan tram. Targetku hanya melihat-lihat kondisi sekitar saja.

Clock Tower, Antalya, Turkey
Antalya, Turkey.
The Horse Cart Station, Antalya, Turkey.
Tram Station, Antalya, Turkey

Aku berjalan terus, melewati taman-taman bermain. Di taman-taman ini terdapat statue-statue unik yang dibentuk dari tanaman, dan dibentuk sedemikian rupa menyerupai bentuk-bentuk lucu. Salah satunya bentuk orang yang tengah memainkan piano. Aku berjalan terus, melewati marina tempat pemberhentian kapal yacht, masuk dari satu gang ke gang yang lain hingga akhirnya tiba di Hadrian Gate. Hadrian Gate ini adalah satu-satunya pintu masuk yang tersisa dari reruntuhan tembok kota kuno yang mengelilingi kota dan pelabuhan di Antalya.  Dan, di gerbang ini pula jalanan kecil berakhir. Di beberapa sudut, terdapat bangku taman untuk beristirahat. Aku terus berjalan, melalui jalan utama. Ada satu lagi yang menarik. Pemerintah kota Antalya menanam pohon jeruk sebagai tanaman peneduh di trotoar jalan. Dan sekarang, adalah musim berbuah. Buah-buah bergelantungan di pohon itu terlihat sangat menggemaskan. Dan tak seorang pun kelihatan untuk berniat mencuri atau berniat menjolok-joloknya. Apakah banyak orang di Antalya punya kebun jeruk seperti ini? Jika iya, tak heran Yunus menawarkan jeruk kepadaku dengan jumlah tak terbatas.

Antalya Old Town, Turkey
Antalya Old Town, Turkey
Hadrian Gate, Antalya, Turkey
A statue, a guy playing piano.
Orange trees along the road, Antalya, Turkey

Tak jauh dari sana, aku melewati rumah Presiden Ataturk. Rumahnya terbuka, dan kupikir tak ada salahnya masuk untuk melihat-lihat. Rumah ini sebenarnya bukan rumah tinggal Beliau. Hanya saja, di tahun 30-an  Presiden Ataturk pernah berkunjung ke Antalya selama beberapa hari dan menginap di rumah ini selama kunjungannya. Karena itu, rumah ini dikatakan sebagai rumah Ataturk. Kuhabiskan setengah jam disini sambil memgambil beberapa foto.

The house of Ataturk, Antalya, Turkey.
The house of Ataturk, Antalya, Turkey.
The house of Ataturk, Antalya, Turkey.

Setelah puas melihat-lihat, aku melanjutkan perjalanan. Di satu ujung jalan, ada sebuah taman besar lagi. Dari sini bisa langsung melihat pemandangan laut Mediterania. Karena saat itu tengah musim dingin, tak seorangpun bermain-main di pantai. Di musim panas, bisa dipastikan tempat ini penuh dengan orang-orang berjemur.

One of beaches in Antalya, Turkey

Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 3 siang, dan perut mulai terasa lapar. Baru kuingat kalau aku membawa sebuah jeruk segar dari hotel. Ternyata, sebuah jeruk tak cukup menghalau rasa lapar. Makan siang harus disegerakan.

9 comments

  1. Beautiful photographs Nurul! You have really captured the heart of Antalya! It is a beautiful place as well…I’ve never been but highly motivated now to visit next summer. The orange trees remind me of my home here in Valencia, as we have orange trees in almost all the city blocks in the centre of the city. Great post! Greatly enjoyed it! Thanks!

    Liked by 2 people

  2. Wow…. Sureal banget lanskapnya. Itu pegunungan saljukah yang di foto?

    Kotanya bikin saya inget kartunnya Ghibli, Kiki’s Delivery Service, gedung-gedungnya, tramnya, kereta kudanya. Kayaknya hal-hal lawas bisa hidup harmonis dengan segala sesuatu yang baru.

    Like

Leave a reply to morishige Cancel reply