Aku bukan foodie. Mencicipi kuliner khusus selama berada di satu negara, bukanlah tujuan utama ketika berpesiar. Bisa dikatakan, aku bisa bertahan dengan makanan apa saja. Dari makanan lokal, makanan India dan China (biasanya dua komunitas ini selalu ada di hampir semua negara yang pernah kukunjungi), hingga makanan cepat saji, seperti KFC, McDonald’s, dan lainnya, yang cabangnya memang tersebar di muka bumi ini. Karena itu, menulis tentang makanan, biasanya sangat jarang kulakukan. Ditambah lagi, makanan – makanan itu biasanya langsung habis begitu dihidangkan, tak sempat menunggu untuk difoto 🙂
Namun, setelah tinggal di Turki, akhirnya aku punya beberapa foto makanan. Tak ingat alasannya, mengapa aku ingat untuk memotret. Mungkin di kala itu aku tengah iseng, atau juga memang makanannya memang terlihat begitu menggoda. List di bawah ini, tentu saja tidak lengkap. Namun, cukuplah untuk mengobati rasa penasaran para pembaca.
Makanan di Turki, biasanya disajikan dengan tiga jenis makanan berbeda. Makanan pembuka, makanan utama, dan sajian penutup. Untuk makanan pembuka, sup atau salad adalah pilihan. Kalau salad, biasanya berupa campuran sayur-sayuran, seperti selada air, irisan wortel, tomat, jagung, buah zaitun, dan lain-lain. Sayur-sayuran ini akan diberi dressing minyak zaitun atau cuka buah delima, ataupun keduanya. Ada juga yang diberi mayones. Tergantung keinginan pelanggan dan ketersediaan bahan di restoran.
Sup Lentil
Nah, supnya juga beragam jenis dan namanya. Aku pernah mencoba sup lentil, sup khas Ottoman, dan sup jenis lain yang dimasak dengan menggunakan krim. Aku tak ingat nama sup yang terakhir ini, karena tak terlalu suka akan rasanya. Begitu juga dengan sup khas Ottoman, yang rasanya kurang nendang di lidahku. Jadi, sup lentil selalu menjadi pilihanku. Terbuat dari campuran biji lentil yang dihaluskan, bersama ingredient lainnya (resep lengkap bisa dilihat di google. Hahaha). Biasanya sup ini juga disajikan dengan perasan air lemon sebelum dinikmati. Sebenarnya, sup lentil ini juga tersedia di berbagai negara di Eropa di kawasan laut Mediterania dan negara di Timur Tengah. Namun, tak ada yang bisa memastikan negara asal muasal sup lentil ini. Sup lentil ini enak banget dimakan panas-panas di kala musim dingin.

Sarma
Ini adalah makanan khas Turki yang terbuat dari campuran daging dan sayuran, lalu dibungkus dengan daun anggur, sebelum direbus. Biasanya disajikan dalam keadaan dingin. Rasanya, cukup enak. Namun, kurang nendang di lidah Indonesiaku.

Kuru Fasulye
Kuru Fasulye adalah makanan khas Turki dengan bahan dasar kacang yang telah direbus terlebih dahulu. Terbuat dari kacang putih dan minyak zaitun, yang dicampur dengan saus tomat. Terkadang, beberapa sayuran juga ikut dicampurkan. Biasanya Kuru Fasulye dimakan bersama dengan nasi atau bulgur (bentuknya seperti nasi, namun terbuat dari tepung gandum. Kalau rasanya, aku lebih suka nasi). Jangan tertipu dengan warnanya yang merah merona. Kuru Fasulye ini sama sekali tidak pedas.

Kebab
Aku bilang sih, nama kebab ini tersohor di berbagai belahan negeri di Timur Tengah, bukan hanya di Turki. Namun, setiap kebab memiliki nama tersendiri dengan cita rasa yang khusus pula. Tak terkecuali dengan kebab di Turki. Beda nama, beda pula penyajiannya.
Kebab Iskender, misalnya. Kebab yang berasal dari Bursa ini terbuat dari daging kebab doner (kebab doner adalah daging kebab yang dimasak melalui alat pemanggang vertikal). Biasanya kebab ini disajikan dengan saus tomat, mentega yang dicairkan, serta yogurt dengan roti pita. Rasanya, manis-manis asam gurih gitu. Tak terlalu tahu bagaimana menggambarkannya. Menurutku, cukup lezat dan bisa keterima lidah Indonesiaku.

Kalau kebab Adana, lain lagi penyajiannya. Adana adalah nama salah satu kota di Turki. Kebab ini terbuat dari daging cincang yang disusun di tusuk sate yang terbuat dari besi, lalu dipanggang di atas arang. Kebab ini selalu menjadi pilihanku, karena rasanya yang cukup pedas. Sulit mendapatkan makanan pedas di Turki. Untuk campuran dagingnya sendiri, hanya terdiri dari tiga bahan saja, yakni daging domba cincang, lada merah, dan garam. Sebagai tambahan, kebab Adana bisa disajikan dengan nasi atau bulgur, roti, kentang goreng, dan sayuran pelengkap, seperti tomat, selada, dan irisan bawang.


Sementara, kebab Shish, juga memiliki penyajian tersendiri. Tidak seperti kebab Adana yang dicincang, kebab Shish berupa daging yang dipotong-potong dengan bentuk dadu. Selain daging domba, kebab Shish juga bisa menggunakan daging sapi maupun ayam. Daging yang sudah dipotong-potong ini, akan dipanggang di atas arang dengan menggunakan tusuk sate. Penyajian akhir, mirip dengan kebab Adana.

Kebab Beyti diambil dari nama penciptanya, Beyti Güler, pemilik restoran terkenal di Istanbul. Ketika menciptakan kebab ini, Beyti terinspirasi setelah menyaksikan tukang daging asal Swiss menyajikan daging ketika Beyti tengah berada di Swiss. Akhirnya, dia menciptakan kebab dengan versinya sendiri. Kebab ini berupa daging cincang yang dipanggang, dan disajikan dengan dibungkus roti. Kebab disajikan dengan tambahan saus tomat dan yogurt. Jenis kebab ini bisa didapatkan di setiap kota di Turki. Namun, yang paling berkesan buatku adalah ketika makan kebab Beyti di Van, satu kota yang terletak di bagian Timur Turki, yang berbatasan langsung dengan Iran. Kebab Beytinya sungguh lezat.

Ikan Panggang juga salah satu menu andalan di Turki, khususnya di kota-kota yang berbatasan dengan laut. Ikan panggang mereka, kurang nendang di lidah, karena tak pakai bumbu sama sekali. Hanya diberi asam, dan langsung dipanggang tanpa garam.

Kofte
Ini adalah bakso khas Turki dengan bahan dan rempah tertentu. Biasanya, di tempat yang menjual daging, kofte mentah juga tersedia. Ketika di rumah, tinggal digoreng atau dipanggang, sesuai dengan selera. Biasanya disajikan dengan nasi, kentang goreng, atau roti, ditambah dengan sayur-sayuran. Rasanya enak dan cukup spicy.


Boreg
Roti lapis ini adalah salah satu hal yang paling kurindukan dari Turki. Disajikan dengan cara dan bahan yang berbeda. Ada yang berisi daging, sayuran (ini mirip dengan kue pastel), bayam, terong, ataupun keju kambing. Mau diisi apa saja, boreg ini enak banget pokoknya. Jika aku tak sempat masak sarapan (bergaya sok sibuk), boreg menjadi pilihan utama, yang bisa dibeli di setiap sudut jalan. Dimakan dengan teh Turki, enak banget.

Sütlaç
Untuk hidangan penutup, Sütlaç atau puding beras adalah kesukaanku. Biasanya disajikan dingin-dingin.

Kunefe
Kunefe tidak hanya bisa didapatkan di Turki saja. Negara lain di wilayah Timur Tengah juga punya kunefe. Palestina terkenal dengan kunefenya yang lezat, dikenal dengan sebutan kunefe Nabulsieh. Kunefe ini dibuat dari adonan tepung yang dilapisi keju, kemudian dipanggang. Setelah matang, kunefe ditaburi dengan kacang (biasanya kacang pistachio), dan disiram dengan sirup gula.

Sebenarnya, masih banyak makanan khas Turki lainnya, seperti pide, lahmacun, baklava, dan lain sebagainya. Mereka akan ditulis lain kali, ketika foto-foto sudah tersedia 🙂
You make me want to visit Turkey again. The lentil soup was a real surprise for me. I loved food at the small lokantas and kebap places everywhere.
LikeLiked by 1 person
I agree with you about the lokantas. They look so tempting..
LikeLiked by 1 person
Hallo Mbak Nurul,
Saya sudah mencoba semua kuliner di atas. Terimakasih sudah berbagi.
Salam,
Anna
LikeLiked by 1 person
Sama2 Mbak Anna 🙏🙏🙏
LikeLiked by 1 person
Thank you. Wonderfully illustrative. A primer for those of us who hope to visit!
LikeLiked by 1 person
Thank you for your comment, Brad. Hope it will inspire you..
LikeLiked by 1 person
https://kejutanundianptlazada.wordpress.com/2019/12/16/pemenang-undian-resmi-lazada/
LikeLike