Usai mengunjungi Mesjid Selimiye, aku duduk di sebuah kafe, menikmati segelas teh Turki, sambil memikirkan kemana tujuanku selanjutnya. Aku sudah membeli tiket pulang ke Istanbul ketika tiba di stasiun bus Edirne kemarin, untuk keberangkatan pukul 6 sore. Saat ini, masih pukul 12 siang. Aku masih punya waktu sekitar enam jam untuk dihabiskan di Edirne. Saat membaca sebuah blog perjalanan secara acak, mataku melintas di satu tulisan tentang satu desa bernama Karaağaç. Setelah mengecek di google, dan mengetahui jika jaraknya masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki, aku memutuskan untuk pergi ke Karaağaç.
Aku meninggalkan kafe, dan mengikuti instruksi dari google maps. Rute yang tercepat adalah melalui Saraçlar Caddesi, jika ingin berjalan kaki saja. Meskipun aku telah melewati jalanan ini kemarin sore, namun aku masih belum bosan untuk menikmati keramaian jalan, dengan toko – toko, restoran dan kafe yang tampak nyaman. Di ujung jalan, banyak kereta kuda, menawarkan pelancong untuk dibawa ke Karaağaç. Karaağaç tampaknya memang salah satu destinasi wisata di Edirne. Karena jaraknya tak jauh, aku menolak dengan sopan ketika salah satu kusir menawarkan jasanya. Aku ingin berjalan dengan santai saja, karena bisa berhenti dimana saja untuk mendapatkan spot foto yang kuinginkan.
Aku berjalan terus. Melewati jalanan yang tidak sepi, dan tidak ramai. Pedestriannya cukup lebar. Sangat nyaman untuk berjalan kaki. Tak banyak orang yang lalu lalang. Selain bus dan beberapa mobil pribadi, aku melihat beberapa traktor dan kereta kuda melintas. Aku tiba di salah satu jembatan bersejarah di Edirne, jembatan Tunca dengan panjang 136.30 meter, ketika melewati sungai Tunca. Aku terus berjalan, dan tiba di salah satu jembatan lain. Namanya adalah jembatan Meriç, diambil dari nama sungai yang melintas di bawahnya. Bentuk jembatan Meriç ini, mirip dengan jembatan Tunca, namun lebih panjang karena lebar sungai Meriç juga lebih lebar dibandingkan dengan sungai Tunca. Jembatan memiliki panjang sepanjang 263 meter. Sungai Meriç atau juga dikenal dengan nama Maritsa adalah sungai terpanjang yang mengalir di bagian dalam wilayah Balkan. Dibangun pada masa pemerintahan kerajaan Ottoman di tahun 1808–1839. Sungai Meriç memiliki peran yang sangat penting, untuk menghubungkan Karaağaç dan daratan Turki yang lain. Jalanan di atas jembatan tidak ditutup aspal, melainkan ditutup dengan batu cobble, yang menjadi khas jalanan di masa lampau.








Aku melihat satu tanda penunjuk yang bertuliskan Karaağaç. Nama Karaağaç sendiri, memiliki arti sebagai pohon Elm, yang merefleksikan ketenangan suasana di desa ini. Ketika desa ini berada di bawah kekuasaan Yunani, Karaağaç dikenal dengan nama Orestias, untuk mengenang satu permukiman kuno di Edirne. Keistimewaan dari Karaağaç adalah lokasinya yang berada di jalur Barat sungai Meriç, dan status istimewanya yang disebutkan pada perjanjian Lausanne di tahun 1923. Di bawah perjanjian ini, Yunani memberikan Karaağaç kepada Turki sebagai kompensasi dari kerusakan perang.
Disini, material jalan mulai berubah, dari aspal ke batu cobble. Bentuk – bentuk rumahnya pun mulai berbeda, dibandingkan dengan bangunan di sekitar hotel Efe. Di Karaağaç, banyak rumah-rumah tua yang dibangun dari kayu. Beberapa rumah, kondisinya sudah jelek, seperti meminta untuk segera direnovasi. Selain sejarah Karaağaç, rumah-rumah tua ini juga berfungsi sebagai penarik para wisatawan. Di bawah rumah-rumah tua itu, kafe-kafe menarik didirikan untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan, setelah capek berjalan-jalan di sekitar desa. Sambil menyeruput segelas teh, pengunjung bisa meyaksikan kehidupan masyarakat desa di perbatasan secara sepintas. Seperti para petani yang melintas dengan traktor-traktornya. Musim tanam belum dimulai, namun pak petani sudah mulai bekerja menggarap ladangnya. Di satu kafe, terlihat pemandangan kakek-kakek bertopi baret yang sedang asyik main kartu. Pemandangan ini tak kusaksikan di kota besar, seperti Istanbul.






Di ujung jalan, terdapat sebuah stasiun kereta api lama. Stasiun ini adalah stasiun kereta api Turki yang paling jauh di daratan Eropa. Stasiun kereta ini pernah menjadi tempat yang sangat penting, penghubung Turki dan negara-negara daratan Eropa lainnya. Saat ini, stasiun kereta api sudah dipindahkan ke sisi lain kota Edirne. Dan stasiun ini sudah berubah fungsi menjadi Universitas Trakya.

Dari sini, perbatasan ke Yunani tinggal berjarak 2 mil saja. Namun, tentu saja melintasi perbatasan bukan tujuanku. Aku tidak punya visa Schengen, dan tertahan oleh polisi imigrasi adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Karena itu, aku kembali berjalan ke jembatan Meriç. Tepat di sebelah jembatan, terdapat sebuah kafe yang kelihatannya sangat nyaman untuk duduk-duduk dan memandang sungai. Aku memesan segelas salep (minuman khas Turki, yang terbuat dari campuran susu panas dan kayu manis), sebelum meninggalkan Edirne dan kembali ke Istanbul.

Thank you for this fabulous tour, Nurul! I love these photos.
LikeLike
Thank you, Amy. I am glad knowing that you love the tour 🙂
LikeLike
Fantastic pictures 😁
LikeLiked by 1 person
Thank you, Jez 🙂
LikeLike