Kadiköy, Sisi Lain Istanbul


Banyak yang bilang aku ini unik, impulsif, spontaneous, apalah itu. Beberapa orang bahkan mengomentari kalau aku ini sedikit ‘gila’ dengan keputusanku yang secara tiba-tiba memutuskan untuk melanjutkan studi ke Turki. Atau mempertanyakan apakah aku cukup waras untuk memilih universitas di Turki, padahal aku sudah menerima Letter of Acceptance dari salah satu universitas di Inggris. Sebenarnya sih, keputusan ini bukan keputusan yang dibikin secara spontan. Keputusan ini sudah kupikirkan secara berulang-ulang. Keputusan yang sudah dianalisa dari berlembar-lembar tulisan di journal harianku. Keputusan yang sudah diperhitungkan sebab akibatnya serta aksi dan reaksi yang ditimbulkan. Keputusan yang pada akhirnya kuambil sambil menarik nafas panjang setelah pergulatan pikikran yang cukup panjang, sambil berkata, “I am gonna do this”.

Tentu saja, seribu satu alasan ini tak kubeberakan dengan orang-orang yang bertanya, yang sejujurnya pertanyaannya hanya berdasarkan rasa keingintahuan saja, bukan karena benar-benar peduli. Jadi, kalau ada yang bertanya dan berekspresi berlebihan dengan berkata, “Oh my God. Turkey. Seriously?” Biasanya akan cuma kutanggapi sambil mengangkat bahu dan berlalu.

Rupanya setelah di Istanbul pun, ada juga yang mengomentari jalan fikiranku atau caraku menjalani hidup. Salah satunya, mengomentari kebiasaanku naik kapal dari Eminönü menuju Kadiköy, dan kembali lagi ke Eminönü. Seorang kenalan (aku hanya menyebutnya kenalan, meskipun dia adalah sababat salah satu teman baikku. Namun, aku hanya mampu memasukkannya ke dalam daftar kenalan saja). Si kenalan ini, sebutlah namanya Georgia. Begitu mendengar kalau aku punya kebiasaan naik kapal dan kembali lagi tanpa keluar dari gedung pelabuhan, si Georgia ini mengernyitkan keningnya dan berkata, “Are you crazy? Why did you do that?

Jadi kukatakan padanya, “That’s because I love Bosphorus so much. I love sailing on it. And by the way, I paid the ticket twice too. So, I did not ride on it freely” kutekankan padanya kalau aku membayar tiket pulang pergi. Jadi, aku tak berlayar sesuka hatiku dengan gratis.

Dan si Georgia tak puas, masih berkomentar “But, you may take the boat to the islands, if you want to be on a boat longer”. Yah, si Georgia ini tak akan mengerti meskipun akan kujelaskan secara panjang lebar. Jadi, seperti biasa aku hanya mengangkat bahu, dan menyimpan sendiri jawabannya untuk diriku sendiri.

Tak bisa dipungkiri, aku memiliki banyak ‘me time’ selama tinggal di Istanbul. Sebenarnya, sejak kepidahanku dari Kinshasa ke Bukavu, aku juga sudah mulai terbiasa untuk menikmati waktu kesendirianku. Just me, my self and I. No drama. No fake. Dan ketika aku di Istanbul, kebiasaan itu mulai melekat. Well, I am not anti-social. Akhir pekan biasanya kuhabiskan dengan bertemu orang-orang. Baik teman dari kampus, ataupun Sarah dan Ibu M.K. Namun, terkadang ada keinginan untuk sedikit menjauh dari keramaian. Maksudku, sedikit memberikan ruang pada diriku sendiri. Menikmati waktu untuk diri sendiri. Menikmati waktu bukan berarti harus pergi ke suatu tempat baru. Terkadang, aku hanya naik ke salah satu bus, menikmati pemandangan dari jendela bus, hingga ke pemberhentian terakhir. Dan, karena aku suka sekali dengan laut, serta didukung oleh fasilitas tranpsortasi laut di Istanbul juga sangat bagus, maka menikmati waktu di atas kapal adalah cara kesukaanku untuk menikmati waktu kesendirianku.

Duduk di atas dek kapal, sambil memandang kesibukan di atas laut. Kapal-kapal penumpang yang lalu lalang, kapal barang yang melewati selat, kapal – kapal kecil milik nelayan yang tengah berjuang melawan arus yang cukup kuat untuk kapal sekecil itu.

Well, tak dipungkiri, apa yang dikatakan Georgia ada benarnya. Jika aku begitu menyukai aktifitas berlayar, kenapa aku tak pergi ke Princes’ Islands saja? Namun, tidak. Aku memiih Kadiköy sebagai salah satu tempat untuk memberikan ruang pada diriku sendiri. Untuk urusan mengintropeksi diri, biasanya aku tak perlu waktu lama. Katakanlah hanya sejam atau dua jam saja. Perjalanan ke pulau, pulang pergi bisa memakan waktu tiga jam. Belum lagi menunggu jadwal kapal yang akan berangkat di jadwal berikutnya, yang terkadang bisa memakan waktu satu hingga dua jam. Ah, aku bisa menghabiskan waktu terlalu lama untuk itu. Sementara, perasaan ingin menikmati kesendirian ini bisa datang kapan saja. Seperti di sore hari sepulang kuliah ketika aku merasa perlu sedikit menjauh, atau beberapa jam sebelum mata kuliah di mulai sekedar untuk memberi semangat pada diri. Kadiköy selalu menjadi pilihan.

Kadiköy terletak di sisi lain Istanbul, di bagian benua Asia . Aku bisa ke sana kapan saja, mengingat jadwal kapal yang menyeberang ke sana cukup banyak, membuatku tak perlu menunggu lama. Jaraknya pun tak terlalu jauh, hanya setengah jam berlayar. Dengan jadwal kapal yang berdekatan satu sama lain, aku bisa langsung kembali ke Eminönü begitu tiba di pelabuhan Kadiköy tanpa harus menunggu lebih lama. Katakanlah, jika waktu sudah terlalu malam, maka aku juga tak perlu khawatir. Karena ada dolmus yang beroperasi 24 jam yang bisa membawaku kembali ke bagian Eropa Istanbul.

Ongkos ke sana pun tak mahal. Untuk mahasiswa sepertiku, aku hanya perlu membayar 1,25 TL saja untuk sekali jalan. Dan jika aku kembali kurang dari dua jam, maka aku hanya perlu membayar 0.65 TL saja untuk ongkos pulangnya. Kapal Sehir Hatlari selalu menjadi pilihanku dengan posturnya yang besar. Aku akan naik ke dek paling atas, untuk merasakan segar atau dinginnya angin laut menerpa wajahku. Ini sungguh menenangkan. Rasanya damai sekali merasakan belaian lembut angin laut di wajahku. Meski singkat, di sepanjang perjalanan banyak yang bisa kusaksikan. Skylines Istanbul di area Eminönü, skyline mesjid biru dan Hagia Sophia, stasiun kereta api lama di Haydarpaşa, kesibukan di dermaga kapal barang di Kadiköy, bebek-bebek laut yang tengah berenang, dan masih banyak lagi. Jika waktunya tepat, aku juga bisa menyaksikan pemandangan matahari tenggelam yang spektakuler dari atas kapal.

Begitu tiba di dermaga kapal di Kadiköy, aku punya beberapa pilihan. Segera kembali ke Eminönü, atau berjalan-jalan di alun-alun yang letaknya tak jauh dari dermaga. Ada saat aku akan langsung kembali ke Eminönü. Namun, ada saat aku akan menghabiskan waktu barang satu atau dua jam di Kadiköy sebelum kembali ke Eminönü.  Alun-alun di Kadiköy tempat orang berkumpul. Beberapa bangku taman tersedia untuk melepas lelah. Di sudut jalan, terdapat penjual kacang kastanye, penjual bunga-bunga segar, simit, hingga kebab Turki. Dan jika mau berjalan agak jauh, aku bisa menemukan berbagai kafe, bar hingga klub malam. Kadiköy adalah ibarat Jalan Istiklal di sisi bagian Asia Istanbul. Yang membedakannya, di Kadiköy aku lebih merasa berada di Turki dikarenakan jumlah orang asing yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Istanbul di bagian Eropa. Orang yang berbahasa Inggris pun terdengar jarang. Sapaan ‘Merhaba’ jauh lebih sering terdengar ketimbang “Hello”.

Kadiköy
Salah satu pelabuhan di Kadiköy.
Salah satu bangunan di alun-alun Kadiköy
Salah satu spot di alun-alun Kadiköy.
Salah satu spot di alun-alun Kadiköy
Salah satu spot di alun-alun Kadiköy.
Penjual bunga di Kadiköy
Kadiköy dan kafe-kafe pinggir lautnya.
Bebek-bebek yang tengah berenang riang gembira
Stasiun Kereta Api lama di Haydarpaşa, Kadiköy.
Pelabuhan kapal barang di Kadiköy..
Kadiköy, kala mentari tenggelam di ufuk barat.
Kadiköy, kala mentari tenggelam di ufuk barat.

Biasanya, aku akan berjalan-jalan saja. Memotret jika menemukan spot bagus. Atau, sekedar duduk di pinggir laut sambil mendengar deburan ombak memecah dinding dermaga. Jika agak lelah, aku akan membeli simit, dan segelas teh Turki. Jika suhu terlalu dingin, aku akan duduk di salah satu restoran pinggir laut yang banyak tersedia di pinggir dermaga sambil memesan segelas kopi Turki. Aku tak melakukan apapun, kecuali memandang laut, melihat ke kembali  kehidupan yang telah kulalui sebelum kembali ke dunia yang sebenarnya.

Advertisement

One comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s