Di pertengahan Oktober, aku akhirnya memutuskan untuk melepas mata kuliah Turkish Foreign Policy. Aku baru mengikuti kelas ini sebanyak dua kali. Sebenarnya kelas ini sangat menarik, terutama buat mahasiswa internasional. Melalui mata kuliah ini, kami mempelajari taktik diplomasi Turki di kancah internasional sejak runtuhnya kerajaan Ottoman setelah kalah perang di Perang Dunia I. Professor C.C yang mengajar mata kuliah ini pun super cool. Dengan rambut panjang yang dikuncir seperti ekor kuda, Professor C.C. selalu antusias menjelaskan berbagai strategi politik luar negeri Turki. Sebenarnya aku berat sekali untuk berpisah dengan Professor C.C. Namun, apa daya. Kualitas dan kemampuan otakku tak sanggup untuk mengambil empat mata kuliah sekaligus dalam satu semester ini. Jadilah, di sore hari, aku mendatangi Ogan untuk membantuku melepas mata kuliah ini.
“Ogan. Are you sure that I can take another course while writing my thesis? As I said, I want to complete this program on time” tanyaku lagi untuk memastikan.
“Of course, you can. As long as you pass your mandatory courses. You can take elective courses when you’re writing your thesis” Dan Ogan pun mengeklik tombol withdraw dari sistem perkuliahan dengan sukses. Dengan berkurangnya mata kuliah, beban di kepalaku sedikit berkurang.
Kami berada di akhir musim gugur. Tanpa terasa, sudah lebih dari sebulan perkuliahan berlangsung. Aku ingin sekali mengambil foto musim gugur dari dekat, dengan daun-daun ek kering yang berserakan di tanah. Sebenarnya, ada beberapa pohon ek di kampus Bilgi, dengan daun-daun oranye yang berguguran. Namun, biasanya daun-daun ini tak pernah bertahan lama di tanah. Tukang kebun di kampus segera menyapu daun-daun tersebut begitu dedaunan menyentuh tanah.
Istanbul adalah kota besar. Tak mudah menemukan lahan hijau ataupun taman luas. Namun, bukan berarti tidak mungkin sama sekali. Salah seorang teman kampus memberitahuku tentang sebuah taman botani yang dikenal dengan sebutan Atatürk Arboretum. Di hari ketika tidak ada mata kuliah yang harus dihadiri, aku menyempatkan diri untuk menikmati pesona musim gugur di Ataturk Arboretum ini. Kali ini aku tak pergi sendiri. Melainkan bersama ibu M.K, seorang wanita berasal dari Indonesia. Aku bertemu ibu M.K di Warung Nusantara, satu-satunya restoran Indonesia di Istanbul. Setelah bertegur sapa dan sedikit bercerita, kami bertukar nomor handphone. Sejak saat itu, ibu M.K dan aku menjadi teman baik.
Kami sepakat untuk bertemu di Besiktas. Besiktas adalah lokasi paling pas untuk bertemu, karena aku tinggal di Harbiye, sementara ibu M.K tinggal di Kadikoy, Istanbul bagian Asia. Dari Besiktas kami pun naik bus bersama menuju Atatürk Arboretum. Tak susah menuju ke sana. Dari Besiktas, ada beberapa bus dengan nomor tujuan berbeda yang langsung melewati tempat ini. Dari tempat pemberhentian bus, kami masih harus berjalan sejauh 500 meter untuk mencapai gerbang masuk. Pengunjung diharuskan membayar tiket masuk. Namun, dengan kartu mahasiswa, aku hanya perlu membayar 2,5 TL saja.
Berlokasi di kawasan Sariyer, taman botani ini adalah bagian dari hutan Belgrade. Didirikan pada tahun 1949 oleh Professor Doctor Hayrettin Kayacik dari Universitas Istanbul, taman botani ini adalah rumah untuk hampir dua ribu jenis tanaman yang berbeda. Sebenarnya, tujuan utama pendirian taman ini adalah sebagai lahan penelitian bagi para peneliti dan pelajar. Begitupun, pengunjung juga bisa menikmati alam dengan berjalan kaki menyusuri taman.
Taman ini sendiri terkenal dengan pohon ek nya, terdiri dari 18 tipe pohon ek yang berbeda-beda. Di tengah-tengah taman, terdapat sebuah danau buatan dimana pengunjung bisa mengamati jenis tanaman lain yang hanya bisa tumbuh di tanah yang basah. Salah satunya Taxodium Distichum. Setiap pohon diberi label. Satu kekurangan dari taman ini, meskipun nama latin setiap tanaman tertulis di setiap sisi tanaman, namun penjelasan dari tanaman itu sendiri dijelaskan dalam bahasa Turki. Dengan bahasa Turki ku yang payah, aku kesulitan untuk menerjemahkan setiap kata. Ada tiga rute berbeda yang bisa diambil untuk mengelilingi taman. Namun, aku dan Ibu M.K memutuskan untuk berjalan kemana kaki kami mau melangkah saja, tanpa harus terpaku dengan salah satu rute.



Taman ini cocok sekali sebagai tempat untuk melarikan diri dari kepenatan kota besar dengan menikmati suasana yang tenang dan nyaman diantara pohon-pohon. Atatürk Arboretum juga terkenal sebagai salah satu tempat favorite fotografer di Istanbul di kala musim gugur. Foto pra wedding pun sering diselenggarakan disini. Ketika kami tiba, serombongan anak-anak sekolah juga ada di sana. Selain anak sekolah, beberapa keluarga terlihat menyusuri hutan kecil di sebelah taman.











Meskipun taman dilengkapi dengan bangku-bangku kayu untuk beristirahat, taman ini tak dapat dijadikan sebagai tempat untuk berpiknik. Karena ada larangan untuk membawa makanan ke dalam taman. Penjual makanan dan minuman juga tak tersedia di dalam taman. Begitu mengetahui peraturan ini, aku dan ibu M.K terpaksa menghabiskan bekal roti yang kami bawa sebelum memasuki taman. Kami tak mau mengambil resiko kelaparan ketika berjalan-jalan di taman.
Beautiful garden in fall. In a way it is good not to allow food in the garden> 🙂
LikeLiked by 1 person
Thank you for your kind comment and visit to my other blog, Amy.
LikeLike
Beautiful photos…such vibrant tones when the seasons are changing.
LikeLiked by 1 person
Many thanks, David. Autumn is favorite season for many photographers.
LikeLiked by 1 person