Menemukan Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye


Aku menemukan gereja ini tanpa sengaja. Di Senin siang, aku mendapat pesan dari salah seorang teman Syria, Liam, untuk hadir di suatu acara bersama beberapa teman pengungsi dari Syria, di suatu tempat di kawasan Fatih. Saat menerima pesan, aku tengah berada di kampus untuk mempersiapkan presentasi debat untuk keesokan hari. Materi presentasi sudah selesai, dan aku tengah bersiap – siap ingin pulang ketika pesan dari Liam masuk. Ketika pergi, sama sekali tidak ada  kendala untuk menemukan tempat tersebut. Selain google maps yang cukup akurat, Liam juga telah memberikan petunjuk bagaimana menuju ke sana dari kampus Bilgi. Namun, lain ceritanya ketika aku pulang. Baterai telepon genggam yang sejak dari kampus sudah menunjukkan gejala ‘battery about to die’, akhhirnya benar – benar mati di tengah jalan. Google maps tak bisa diandalkan lagi. Yang ada, hanyalah instinct dan kekuatan otak untuk mengingat jalan yang telah kulalui sebelumnya demi mencapai jalan utama dimana halte bus berada.

Jalanan di Istanbul cukup membingungkan. Terutama jalanan kecil, yang biasa dikenal sebagai Sokak. Sokak-sokak ini begitu banyak jumlahnya. Mungkin berjumlah ribuan, dengan lebar jalan dan bentuk yang mirip satu sama lain. Ah, sial. Kenapa aku tak mengingat tanda-tanda khusus sebagai penanda jalan? Seperti mini market SoK, misalnya. Namun, mini market SoK jumlahnya juga banyak sekali, dan mereka tersebar di seluruh penjuru kota. Jadi, sama sekali tak bisa dijadikan patokan.

Kemampuan navigasiku memang payah. Aku menghabiskan waktu dengan masuk ke satu sokak dan keluar di sokak yang lain. Bahkan, beberapa kali melewati sokak yang sama. Aku merutuki diri karena tidak mengisi batere handphone sebelum pulang. Hari mulai sore. Aku mulai merasa lelah, dan nafas mulai ngos-ngosan melewati jalanan kecil kota istanbul yang berbukit-bukit. Untungnya saat itu suhu sudah mulai dingin, jadi aku tak terlalu berkeringat, sehingga perasaan tidak terlalu gerah.

Ketika tengah mencari petunjuk tentang keberadaanku, aku melihat satu kubah cantik dari kejauhan. Penasaran dengan kubah tersebut, aku berusaha mencari tahu bangunan apakah gerangan dengan kubah yang terkesan misterius itu. Tak susah menemukan bangunannya. Ketika tiba di depan bangunan, aku baru tahu kalau bangunan tersebut adalah Museum Fethiye. Begitu tahu kalau aku bisa menggunakan kartu museum tahunan milikku, aku segera masuk ke museum tersebut. Masih ada satu jam lagi sisa waktu untuk berkunjung pada hari itu. Tak mau kusia-siakan kesempatan ini. Aku senang sekali, merasa seperti baru menemukan harta karun saja.

Museum Fethiye, atau juga dikenal sebagai Gereja Pammakaristos dulunya adalah sebuah gereja. Berdasarkan sumber sejarah, gereja tersebut dibangun oleh protostrator Michael Glabas Tarchainotes, keponakan dari Kaisar Michael VIII Palaeologos pada tahun 1292 hingga 1294. Setelah kota Konstantinopel direbut oleh kesultanan Ottoman dan berubah nama menjadi Istanbul, gereja ini tetap menjadi biara dan patriarkat Kristen Orthodox selama lebih dari seratus tahun ke depan. Namun, di masa kekuasaan Sultan Murad III (1574-1595), gereja ini berubah fungsi menjadi mesjid. Sultan Murad pun merubah nama bangunan ini menjadi mesjid Fethiye. Namun, setelah runtuhnya kerajaan Ottoman, kompleks ini agak terabaikan. Namun, ditahun 1949, kompleks bangunan di restorasi oleh the Byzantine Institute of America and Dumbarton Oaks. Bangununan utama tetap dipertahankan sebagai mesjid, namun kapel dari bangunan berubah fungsi menjadi museum setelah proses restorasi selesai.

Kapel bagian selatan berbentuk salib dengan dengan kubah sebagai langit-langit. Tampak luar bangunan menunjukkan tipikal arsitektur di masa Byzantium akhir. Di bagian selatan, juga terdapat sebuah prasasti yang menyatakan bahwa bangunan ini dibangun oleh Michael Glabas Ducas Tarchainotes. Kubah dan dinding ditutupi oleh mozaic dari abad ke 14. Terdapat lukisan Jesus Christ, Virgin Mary, dan John the Baptist. Kubah utama dihiasi oleh lukisan Jesus, para nabi dan para saints.

Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Salah satu sisi fasad Gereja Pammakaristos

Tampak dalam Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Kapel Utama Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Tampak salah satu kapel
Kubah Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Detail kubah dengan lukisan Jesus dan para saints.
Salah satu detail dari langit-langit Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Detail kolom di museum Fethiye.
Detail kolom di museum Fethiye.
Salah satu lukisan di dalam Gereja Pammakaristos aka Museum Fethiye
Prasasti yang terdapat di salah satu sisi bangunan

Tak banyak turis yang datang ke tempat ini. Hanya ada aku dan beberapa turis dari Eropa sore itu.  Meskipun kalah besar dengan Hagia Sophia, namun bangunan ini juga tak kalah menarik. Entah karena promosi yang kurang atau karena lokasinya yang sedikit jauh dari objek wisata mainstream membuat bangunan ini terlewatkan oleh para wisatawan. Buat pecinta arsitektur, sebaiknya jangan melewatkan kesempatan untuk mengunjungi gereja ini. Karena museum hanya berupa ruang kosong, tak butuh waktu lama untuk melihat bangunan secara keseluruhan. Dalam 30 menit, aku sudah puas melihat-lihat. Sebelum meninggalkan museum, tak lupa kutanyakan arah menuju jalan utama kepada penjaga museum yang ramah itu. Dengan petunjuk yang diberikan dan coretan asal jadi, aku sudah menemukan halte bis, kurang dari lima menit berjalan kaki.

Advertisement

2 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s