Kelas Methodology

Photo credit to: https://www.slideshare.net/rgraycis/hsp-3-m-social-science-research-methods

Kelas ini benar-benar membuat seisi kelas ketar ketir. Bagaimana tidak. Di hari pertama kuliah saja, Professor E.E. sudah memberikan kami tugas menulis. Beliau meminta kami untuk menulis apa itu science dan social science dalam satu karangan singkat. Beliau juga memberikan sylabus, mengenai apa saja yang akan kami pelajari selama satu semester ini. Dan, tentu saja tugas -tugas yang harus dikerjakan. Seperti beberapa reflection paper, research question, dan research proposal yang disertai dengan presentasi. Kelas Methodology ini berlangsung setiap hari Kamis yang dimulai pada pukul 6 sore. Kelas akan berlangsung selama tiga jam. Jadi, bisa dibayangkan seperti apa rasanya ketika kelas berakhir pada pukul 9 malam.

Kelas ini bukan hanya diperuntukkan untuk mahasiswa program master jurusan International Relations saja. Mata kuliah methodology juga mata kuliah wajib untuk mahasiswa program master untuk jurusan lain. Jadi, ada beberapa mahasiswa dari program lain yang mengambil kelas ini bersama kami, seperti mahasiswa program master untuk jurusan European Study, Cultural Study, dan Political Science.

Tugas – tugas yang diberikan Professor E.E. sebenarnya tidak terlalu menakutkan buatku. Lebih tepatnya, bukan menjadi prioritas untuk suatu ketakutan. Yang lebih kutakutkan adalah materi yang sama sekali tidak kumengerti ujung pangkalnya. Dan, yang paling menyeramkan, aku sepertinya satu-satunya mahasiswa yang selalu bingung.

Mahasiswa yang berasal dari Afrika itu, contohnya. Dia selalu duduk di depan, dan selalu menjawab dan menanyakan pertanyaan. Bahkan, setelah pertanyaannya dijawab oleh Professor E.E., dia bisa menemukan pertanyaan yang lain dari penjelasan tersebut. Hille, yang juga selalu duduk di sebelah mahasiswa Afrika itu, selalu bersemangat ketika dia memaparkan paradigm dari sudut pândang jurnalis. Sera, selalu bersemangat ketika berada di dalam kelas. Untuk mencatat pelajaran, dia mengetik setiap kata yang diucapkan Profesor E.E. dengan laptopnya. Batuhan, sepertinya paham benar dengan apa yang dijelaskan oleh professor, karena kuperhatikan dia selalu mengangguk – angguk mengerti.

Sementara Maria, dia selalu berkata bahwa dia bingung dengan semua fenomena ini. Namun, dia selalu bisa menemukan pertanyaan untuk bisa ditanyakan. Dan ada satu mahasiswa yang wajahnya terlihat sangat senior, yang selalu menjawab jika professor E.E. bertanya, “Is there any of you know about…” Dan si mahasiswa bertampang senior ini selalu menjawab, “Professor. Saya tahu jawabannya.” Kelak, aku tahu jika nama si mahasiswa ini adalah Selim. Dia seorang manager di salah satu perusahaan di Istanbul. Dan dia, jelas lebih tua beberapa tahun daripada aku. Mengetahui aku bukan satu-satunya mahasiswa tua, aku merasa sedikit agak lega.

Well, bisa dikatakan aku satu-satunya yang tidak bertanya dan tidak menjawab. Teringat akan perkataan dosenku di jurusan arsitektur ketika aku menempuh program undergraduate, “kalian, jika tidak ada yang menanyakan pertanyaan, kemungkinannya ada dua. Sudah sangat mengerti, atau tidak mengerti sama sekali,” . Kurasa posisiku berada di keadaan yang tidak mengerti sama sekali.

Setelah kelas berakhir, terkadang aku berkumpul bersama Sera dan Batuhan sebelum pulang ke rumah. Membahas pelajaran yang baru saja kami dapatkan. Namun, semakin aku berdiskusi, semakin aku merasa bingung. Terutama, dikarenakan pendapat teman-temanku yang juga berbeda – beda. Dan itu tak bisa disalahkan. Karena dalam social science, tidak ada sesuatu yang pasti. Jelas – jelas sangat berbeda dengan ilmu terapan atau applied science yang kupelajari sebelumnya. Di applied science, semuanya sudah jelas. Satu ditambah satu adalah dua. Sementara di social science, ada berbagai jawaban untuk itu. Dan, kita tidak bisa mengatakan satu jawaban adalah sesuatu yang salah dengan begitu saja. Oh semoga kelas ini akan berakhir dengan baik.

Advertisement