
Hari yang dinanti-nantikan itu pun tiba. Yes, hari pertama kembali ke sekolah. Hari itu, bertepatan dengan hari Selasa dimana aku akan resmi memulai hari sebagai mahasiswa. Mata kuliah pertama hari ini adalah Theory of International Relations (IR). Aku sudah meminjam beberapa buku dari perpustakaan dua minggu yang lalu. Buku-buku yang kupinjam seperti, Theory of International Politic , tulisan Mr. Kenneth Waltz dan Politic among Nations karya Hans Morgenthau yang memperkenalkan konsep realisme politik. Buku-buku itu kelihatannya begitu menarik ketika masih berada di dalam rak perpustakaan. Namun, lain ceritanya ketika aku sudah memulai membaca. Aku merasa kosong, sekosong-kosongnya. Saat itu aku mulai tersadar bahwa aku tak tahu apa-apa.
Menuju kampus, aku menggunakan jasa shuttle bus yang disediakan di kampusku. Kampus Bilgi menyediakan transportasi bus untuk mahasiswa dan staf universitas. Bus ini memiliki stasiun utama di tiga kampus Universitas Bilgi. Universitas Bilgi memiliki tiga kampus yang tersebar di bagian Eropa Istanbul, seperti kampus Santral, kampus Dolapdere, dan kampus Kustepe. Untuk jurusan International Relations, kami berkampus di Santral. Kembali ke shuttle bus. Bus – bus ini memiliki jalur berbeda – beda, dan akan berhenti pada beberapa titik di Istanbul. Salah satu titik pemberhentian adalah Pangalti, yang letaknya hanya 600 meter berjalan kaki dari flatku. Aku sangat diuntungkan dalam hal ini karena tak perlu membayar biaya transportasi untuk ke kampus. Bus akan beroperasi dari pukul 8.15 pagi hingga pukul 10.15 malam, yang akan berangkat setiap 30 menit.
Ketika berada di dalam bus, aku mencoba mengingat-ingat teori international relations yang sudah kubaca. Namun, itu hanya membuatku semakin stress. Akhirnya aku memutuskan untuk memikirkan hal lain saja. Seperti, bagaimana teman-teman kuliahku nanti. Bagaimana dosen – dosen yang akan mengajar. Apa yang akan kulakukan di waktu luang, dan pikiran – pikiran serupa. Aku tak punya waktu untuk berpikir lama-lama. Karena dalam 10 menit, bus telah tiba di kampus Santral.
Kelas ku hari ini berada di gedung E1. Aku sudah bertanya kepada petugas administrasi kampus yang baik hati itu, mengenai letak gedung E1. “Oh. Gedung itu yang terletak di dekat cafetaria. Yang ada karpet merahnya,” Wow. Hebat sekali. Aku merasa seperti selebriti berjalan di atas karpet merah.
Aku naik ke lantai 2, mencari ruangan untuk kelas Theory of IR. Aku datang 45 menit lebih awal sebelum kelas di mulai. Dan kelas masih kosong ketika aku tiba. Kuputuskan duduk di bangku yang tersedia di luar kelas. Lima belas menit berlalu, seorang mahasiswa mendekatiku.
“Hi. I am looking for Theory of IR class. I just wonder if I come to the right place,” tanyanya.
“Oh ya. I am also waiting for the same class. You come to the right place. But I think we come a little bit earlier,” jawabku.
Dan si mahasiswa baru duduk di sebelahku, kamipun berkenalan. Nama si mahasiswa ini, Laz (bukan nama sebenarnya) dan dia berasal dari Afghanistan.
“Kau bisa berbahasa Turki?” tanyaku.
“Tentu saja,” jawabnya pede. Aku kuliah S1 di Istanbul juga. Jadi, aku tak punya masalah dengan bahasa Turki,”
Di lima menit ke depan, Laz mulai bercerita tentang kehidupannya di Turki. Bagaimana dia bisa bertahan dengan kultur yang berbeda, bagaimana dia menyelesaikan kuliahnya, bagaimana dia harus bekerja sambil kuliah. Dalam lima belas menit ke depan, aku seperti sudah mengenal Laz selama bertahun – tahun.
“You know. That will be difficult for me to match my class schedules and my works now. And I am living in Asian side. It’s quite far from here,” jelasnya panjang lebar. Wajahnya terlihat cukup stress, bahkan sebelum kuliah pertama di mulai. Oh Man. Please give me some break.
Karena kulihat orang-orang sudah mulai memasuki kelas, kuputuskan untuk segera masuk. Laz mengikutiku dari belakang. Kupilih kursi di sebelah perempuan berambut coklat.
“May I sit here?” tanyaku.
“Of course,” jawab perempuan itu ramah. Abdurrahim mengambil tempat duduk di sisi lain.
“I am Nurul,” kataku memperkenalkan diri.
“I am Sera. Nice to meet you, Nurul”
Lima menit selanjutnya, aku dan Sera sudah mengobrol banyak. Ternyata Sera seorang pengacara, yang memutuskan untuk meninggalkan dunia hukum, demi cita-cita yang ingin digapainya untuk bekerja di United Nations. Ketika kami tengah mengobrol, seorang pria yang duduk di depan kami, bepaling ke arah kami dan dengan segera memperkenalkan dirinya.
“Hello, Girls. My name is Batuhan. Pleasure to meet you,”
Mahasiswa lain mulai berdatangan. Aku tak bisa menebak dari mana saja mereka berasal. Menurutku, semuanya bertampang sama. Yang perempuan berparas cantik seperti Sera, sementara yang lelaki bertampang menawan seperti Batuhan. Dan, yang lebih terlihat sangat jelas, semuanya kelihatan sangat muda. Yang terlihat sedikit berbeda adalah satu mahasiswa dari Afrika yang duduk di barisan depan itu. Dan aku, tentunya sebagai satu-satunya mahasiswa bertampang Asia. Tepat pukul dua siang, seorang professor memasuki ruangan, diikuti seorang pria berprawakan lebih dewasa dari sebagian besar isi kelas.
“Perkenalkan. Aku Professor O.T. Dan ini adalah Ogan. Dia teaching assistant di jurusan IR,” Professor O.T adalah program director untuk jurusan Master International Relations. Professor O.T menyampaikan jika Professor M.O yang seharusnya mengajar untuk Theory IR sedang berhalangan masuk karena tengah menghadiri konferensi. Dan Beliau memanfaatkan waktu ini untuk menjelaskan peraturan dan metode yang berlaku di orogram kami.
“Berapa orang International Students disini? Please put your hands up” Aku mengangkat tangan bersama hampir separuh isi kelas. Wah, ternyata aku tak sendirian disini. Setelah satu jam menjelaskan tentang apa yang harus kami lakukan dan apa yang akan kami dapatkan selama masa perkuliahan, Professor O.T undur diri. Karena tak ada kelas lagi di hari itu, kelas pun segera bubar. Sera mengajakku untuk minum kopi bersama Batuhan dan dua orang mahasiswa Turki lainnya di salah satu coffe shop yang tarletak di dalam kampus. Hari itu aku mengenal dua orang mahasiswa lagi. Anil dan Engin.
Dalam semester musim gugur ini, aku akan megambil empat mata kuliah, seperti Theory of IR, Methodology in Social Science, Turkish Foreign Policy dan Politic of Energy in IR. Dalam seminggu itu, tidak terlalu banyak yang kupelajari. Kelas hanya berisikan perkenalan antara mahasiswa dan dosen, diikuti dengan penjelasan sylabus dan sistem penilaian di dalam kelas. Dalam seminggu, aku mengenal beberapa mahasiswa lainnya. Maria, mahasiswa asal Spanyol, Hille mahasiswa asal Estonia, dan Umarah mahasiswa asal Afrika Selatan.
Good luck on your study
LikeLiked by 1 person
Terima kasih 🙏🙏🙏
LikeLike